Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

Bukan Awan #3

        “ Woy Lang! “       Suara teriakan Danu mengalihkan pandanganku dari sosok perempuan yang duduk di depan kelas. Kepalanya tertunduk ke bawah. Ke arah ponsel yang sedang digenggamnya.         “ Woy Lang, jangan bengong gitu dong! Gara-gara lo nih kita ketinggalan angka!        Danu memukul punggungku dengan keras. Pasti dia kesal karena bola di tanganku bisa diambil lawan dengan mudah tadi. Aku tidak menyalahkannya. Tapi, aku juga tidak mungkin menyalahkan mataku yang langsung tertuju pada sosok perempuan yang beberapa tahun belakangan ini aku kagumi, hmm maksudku aku sukai.         “ Sorry Dan gue udahan dulu “ Aku menepuk punggung Danu yang masih berdiri di dekatku dan memberinya kode jari ke arah perempuan itu.       “ Woy sial belum selesai nih match “ Wajah Danu kesal tapi dia tampak akan merelakan kawannya untuk masalah beginian. “ Yaudah sono “           “ Thanks pal “         Aku berjalan santai ke arah perempuan itu. Dia masih menatap ke bawah, ke arah po

Perkenalkan, Aku

Perkenalkan, aku seorang penguntit. Bukan.. Aku bukan penguntit seperti yang kau pikirkan. Tepatnya, aku adalah penguntit spesialis kamu. Aku penguntitmu. Aku bukan kriminal. Hanya saja, jika menguntitmu adalah sebuah kesalahan dan layak dapat hukuman, maka aku akan kekal di dalam jeruji dingin nan kelam. Aku juga bukan penjahat. Tapi jika perasaan ini merupakan kesalahan dan menyukaimu adalah satu hal yang bisa membuatku terjebak dalam hukuman, maka aku adalah penjahat paling tidak aman. Aku penguntitmu. Bukan orang yang beraninya hanya menatapmu dari kejauhan. It’s so yesterday kalau kata anak jaman sekarang. Aku menatapmu dari jarak sedekat mungkin. Sejelas mungkin, hingga bayangmu dan bayangku hampir sama tegaknya di bawah mentari atau sinar bulan di kala malam. Aku penguntitmu. Dua hasta di belakangmu. Sesekali juga ada di sampingmu. Jika kau mau tahu.      

Bocah Melow

        Hubungan cinta-cinta-an kayanya udah mainstream banget jadi topik hangat di kalangan muda-mudi jaman sekarang. Dan gur rasa, topik ini juga paling enak dibahas bareng temen. Apalagi temen seperjuangan. Iya seperjuangan, sama-sama memperjuangkan nasib cinta kalian. Huehehe..         Tapi hubungan yang demikian bukan yang bakal gue share sekarang. Hmm bukan share sih tepatnya, tapi kata yang pas adalah 'curahin'. Yup, inilah curahan hati gue.        Adik-kakak adalah salah satu hubungan yang cukup menggemaskan. Gimana gak ngegemesin ya, tiap hari ketemu, tiap hari berantem, tapi kalau gak ada salah satu jadi timbul rindu. Rindu serindu-rindunya.      Ini hubungan adik-kakak dari kecil ya, bukan adik ketemu kakak pas udah gede😂     Dan ini sedang gue alamin. Hampir selama 12 tahun semenjak adek gue lahir, kita selalu barengan. Kecuali kalau gue mandi atau main sama temen, atau pas gue ojt atau mesti tinggal di asrama terus pas nginep tempat temen dan lain

Bukan Awan #2

        “ Selamat pagi, Gilang "         “ Hmm pagi juga “           Dia berdiri di depan pintu kelas. Menyapaku dengan semangat dan senyum yang semakin manis setiap harinya. Just like dopping, her smile could make my spirit increasing.          “ Mau denger sesuatu, gak? “          “ Hmm? “          Aku menjawab pertanyaannya dengan jawaban seadanya. Bahkan terdengar hanya seperti sebuah gumaman. Seperti biasa, aku pasti terlihat dingin di matanya.            Perempuan yang selalu aku perhatikan dari atas sini, bisakah kamu mengurangi kadar manis senyummu? Bagaikan panas yang melelehkan mentega di atas wajan, kau berhasil membuatku mencair perlahan. Untungnya aku awan, aku tak akan meleleh, tapi aku akan membasahimu sebagai hujan. :p             “ Kamu denger, kan, Lang? Semakin hari kalimatnya semakin membuat aku gila! Hahaha “             Oh, ternyata dia membacakan postingan baru yang muncul di beranda akun instagramnya. Hmm.. Sudah kuduga.            

Bukan Tentang Rei dan Kenzo

Gambar
" Those who say they will do it next time is an idiots! Those who say they will do it tomorrow are also idiots! " kata kakeknya Yoshida Rei ke Iwase Ken dalam bahasa Inggris. Dialog sederhana tapi bisa membuat Iwase Ken nyadar akan suatu hal. Seharusnya dia nyatain perasaannya ke Yoshida Rei dari dulu, jadi dia gak harus ngelompatin tiap ruang waktu di masa lalu cuma buat merubah keadaannya di masa depan. Eh, tapi, emang kalau ngubah masa lalu bisa ngubah masa depan juga?        Well, masalahnya bukan kisah cinta Kenzo-kun sama si Rei, kok. Tapi masalah yang diangkat seputar itu juga. Jangan menyia-nyiakan waktu yang ada. Kalau kita bisa ngelakuin sekarang, kenapa harus nanti-nanti?         Ini nih masalah kebanyakan muda-mudi jaman sekarang. Eh, apa cuma gue ya? --a        Yup, kebanyakan dari kita sering banget nunda-nunda kerjaan atau kegiatan yang harusnya bisa dilakuin saat itu juga tapi ' ah ntar lagi aja ah ' malah keluar dari mulut atau hati ki

Waktu Yang Salah

         " Rasanya nyaman sekali " gumamku dalam hati. Mataku yang terpejam sesekali kembali terbuka hanya untuk melihat jam di tangan kiriku. Ah sudah hampir setengah jam kepala ku tersandar di lengan Dio. Tak terasa. Rasanya baru lima detik yang lalu aku menutup telfon dan langsung mengambil alih fungsi lengan Dio menjadi bantal paling nyaman untukku.         Aku masih bersandar di lengan Dio namun mataku kini terbuka setelah dia menyebut namaku. " Lika.. "         Tak perlu waktu lama, aku langsung menjawab suaranya yang lembut dengan nada tak kalah lembut " Iya, kenapa? "         " Oh kamu ternyata masih sadar, kirain udah terlelap " katanya lagi lalu tertawa kecil. " Hmm? Cuma mau ngecek aku sadar atau enggak aja? " tanyaku sambil bangun dari sandaran paling nyaman buatku. " Iya " jawabnya singkat sambil nyengir sok lucu. " Isshh dasar! " kataku menggerutu sambil melipat kedua tanganku di dada. 

Vano

        " Kamu jaga diri baik-baik, ya. Jaga hati, dan jangan lupa kasih kabar. Kita cuma beda kota aja kok " kata Vano sambil menatap lurus ke arah mataku. Tangannya yang menggenggam kedua tanganku kini mulai melemah. Dan akhirnya dia melepaskan genggamannya.         Mataku kurasa mulai berkaca-kaca menahan genangan air yang rasanya ingin tumpah di sudut indra penglihatanku ini.         " Hey, jangan sedih. Nanti kalau aku udah jadi penerbang, aku bakal sering ngunjungin kamu di kota yang katanya panas itu. " Vano mencoba menghiburku. Dia tersenyum sedamai mungkin agar resahku segera pergi.         " Berjanjilah, segera jadi yang kamu impikan dan kunjungi aku! " kataku manja. Entahlah, aku yang selama ini terkesan kuat malah jadi semanja ini pada sosok lelaki yang baru empat bulan ku kenal. Aneh.         Dia mengangguk. Senyumnya masih hadir di wajah sendu nan teduh itu. Dia mengelus rambutku dan berkata " pasti, asalkan kamu setia menanti. &

Your Silver Ticket

          " Aku menyukaimu " aku berkata lirih kepada perempuan manis di hadapanku ini. Seluruh keberanianku sore ini ku tumpahkan seluber-lubernya dengan semesta sebagai saksinya.          " Ren? Are you kidding me? " tanyanya heran. Ya, tampak paras manisnya berubah heran. Siapa sangka aku yang selama ini ada di sampingnya sebagai teman lelaki paling akrab tiba-tiba menyatakan perasaan.      " No. That feeling is true. And it aint kidding or joking or flirting " jawabku meyakinkannya. Aku menatap lurus ke kedua bola matanya yang bulat itu. Astaga, dia sosok paling sempurna ketiga setelah ibu dan Maudy Ayunda menurutku.   Dia membuang tatapannya dariku. Melempar jauh-jauh pandangannya ke sekeliling tempat kami berada.        Aku tak menyalahkannya untuk hal itu. Menerima kenyataan bahwa seseorang yang selama ini dianggapnya sahabat, ternyata punya perasaan lain yang seharusnya tak ada, pasti sulit, bukan?       " Aku tau, pasti aneh buat k

Bukan Awan #1

            “ Punya kamu mana? Coba liat! “             “ Ini “             Aku memberikan kertas hasil ujianku kepada gadis yang berdiri tepat di depanku. Dia mengambilnya dengan sigap dan kulihat kerut di dahinya muncul perlahan. Aku menahan senyum ketika tampang seriusnya terpasang saat memelototi dua lembar kertas yang kini ada di tangannya.             “ Kok gini? Aku yakin 100% cara dan jawabanku benar, tapi kenapa salah? “             “ Karena memang jawabanmu salah “             “ Enggak, i-ini bener kok, tuh coba liat deh “             Dia menyodorkan kedua kertas itu. Dengan santai kuperhatikan keduanya dan sesekali kulihat wajahnya yang masih serius.             “ Nomor berapa? “             “ Nomor 4 tuh, liat deh “             “ Tadi pas ujian, tangan kamu gak kenapa-kenapa? “             “ Iya, baik-baik aja kok “             “ Telinga kamu gak ketutupan sesuatu? “             “ Telinga? Enggak tuh “             “ Berarti otak kamu yang lagi ga