Postingan

Menampilkan postingan dari 2016

Kejutan!

Inara bingung setelah mengatakan ucapan ulang tahun pada pacarnya via telepon malam itu. Apa lagi yang harus dia katakan? Apa yang harus dia lakukan agar hari itu menjadi hari yang spesial untuk orang yang sedang bertukar kata lewat telepon dengannya itu. Ada ‘krik’ yang cukup panjang malam itu. Dan percakapan malam itu pun terputus setelah tanda-tanda pulsa habis mulai muncul. “ Kamu langsung tidur, jangan main hape lagi, ya “ kata lelaki itu dari kota nun jauh di sana. “ Iya hehehe “ jawab Inara singkat dan seperti tidak akan mengindahkan. Singkat dan tidak akan mengindahkan? Tentu saja, karena bagi gadis muda ini tidur larut sudah seperti kebiasaan baginya. Kebiasaan buruk. “ Oke, assalamualaikum “ katanya menutup percakapan. “ Waalaikumsalam warrohmatullahi wabarokatuh. “ Benar-benar terjadi. Inara tidak benar-benar tidur setelah itu. Dia memutar otak, bagaimana dia bisa membuat hari ulang tahun lelaki itu menjadi hari yang istimewa meski jarak menjadi hadiah uta

Sebuah Kiasan Tentang Kamu

Gambar
Hampir setiap malam, ketika kedua lampu kamar sudah dipadamkan, tirai lusuh hijau itu ku buka. Origami bangau yang tergantung tetap diam, tapi mataku sebaliknya. Mencari-cari sosokmu, dan bahagia ku seketika jika kau terlihat. Ku pandangi sosokmu dari sini. Cukup jauh memang, buram pula, tapi cukup bagiku. Kamu, berada di antara banyak kawanmu, namun terlihat paling terang. Aku yakin bukan sengajamu lakukan itu, tapi bagaimana lagi? Bahkan kau terlihat menjadi satu-satunya. Selalu ku perhatikan kamu, apalagi sebelum doa ingin tidur ku panjatkan dan akhirnya terlelap. Selalu ku perhatikan, dan selalu berharap kamu tetap di situ selalu. Agar setidaknya, ada satu yang setia menemani tidurku. Tak peduli musim atau tahun berganti, Aku hanya ingin kamu, tetap kamu yang di situ. Hai, bintang yang tak aku ketahui nama pun rasimu.

Bukan Awan #7 (Tamat)

        Aku diujung tebing menuju jurang kehancuran.         Tapi dia membuka suara.         “ Tapi, kalimat-kalimat manisnya beberapa bulan ini belum bisa menyaingi perasaanku tahun-tahun belakangan ini “ lanjutnya lagi. Dia menghela napas.           Tahun-tahun belakangan ini? Apa itu aku?           “ Aku menyukaimu “ kataku lantang walau aku sebenarnya masih bingung dengan pernyataan Bintang.           “ Iya, kamu udah bilang itu tadi “ jawabnya dengan tenang dengan mata yang masih memandang lurus ke taman, bukan lurus ke kedua mataku yang sedari tadi memadang lurus ke arahnya.           “ Dan kamu? “ aku melanjutkan kalimatku lagi.           Dia mengalihkan pandangannya dari taman. Dan kedua mata itu kini sudah beradu dengan tatapanku yang memang sedari tadi tak berpaling darinya. Ada tampang kaget terpasang di wajahnya. Blushing. Wajahnya memerah dan kini berpaling lagi dari tatapanku.           “ Pun sama denganmu “           Wajah sumringahku muncul. T

Bukan Awan #6

        “ Selamat pagi, Gilang “        Perempuan ini menyapaku. Seperti biasa, senyumnya di pagi hari adalah sarapan terbaik yang pernah ada. Asupan gizi sempurna untuk para pemuja sosoknya.         “ Pagi juga “         Dan seperti biasanya juga, jawabanku untuk sapaan manisnya hanya seadanya.       Tapi, sepertinya ada yang berbeda dari senyumnya pagi ini. Terlihat lebih ceria dan ada aura bahagia terasa darinya.         “ Oia, pulang sekolah nanti, aku bisa bicara sebentar? “        Aku menghentikan langkah dan mengajukan pertanyaan pada perempuan itu. Dia tampak heran tapi dia dengan mudah menjawabnya.        “ Tentu saja “        “ Oke, sepulang sekolah “ ~~~       “ Hai, Lang, ada apa? Kok tumben mau bicara aja minta ijin dulu? “ Perempuan ini bertanya setelah duduk di sebelahku. Aku menarik napas panjang dan membuangnya perlahan. Aku gugup.        “ Aku mau bicara hal penting “        “ Hmm ya? “        “ Tang.. “        “ Iya? “        Aku menghe