Hantu Cantik

"Gila panas banget" keluhku dalam hati. Sambil melihat sekeliling aku menyeka keringat. "Heh kamu !" kata seseorang yang sedang berjalan ke arah kami. Wajahnya tak asing bagiku. Dia.. "Hey kamu dengar gak apa yang senior kamu bilang dari tadi?" tanyanya. "Siap kak, siap tau kak" jawabku. "Kamu ngelamun? Ngapain kamu clingak-clinguk aja dari tadi?" tanyanya lagi. Sejenak aku mengalami lamunan untuk mengingat wajahnya yang tak asing tapi sentakannya membuatku sadar. "Siap salah kak" kataku lagi.

"Bro, bentar ya gue tanya ke dia" kata perempuan itu ke bang Lutfi yang sedang memberi pengarahan ketika aku bertindak bodoh tadi.
"Iya silakan" jawab bang Lutfi.
"Heh kamu ! Apa yang bang Lutfi bilang dari tadi?"
"Siap besok bawa barang-barang untuk keperluan mos kak, seperti karung, tas kecil, pulpen, buku, jengkol, dan..."
"Dan apa?"
"Shit gue gak denger lagi tadi apa katanya" gumamku dalam hati.
"Apa yang kamu bilang?"
"Siap tidak ada kak." Aku hanya bergumam tadi, mengapa dia bisa seperti tau.
"Wah nih anak perlu dikasih tau nih, Fi"
"Yaudah ntar lo kasih tau aja, gue mau nerusin yang tadi"
"Oke sip, thank you Fi. Eh anak baru, ntar kamu ngadap saya sehabis makan siang"
"Siap kak." Satu kata buatku pagi ini, apes.
---

"Kenapa nih anak Ra?" tanya kak Ica. "Gapapa, katanya dia butuh latihan kekuatan otot tangan khusus dari gue Ca" jawab kak Ara. Ya, perempuan ini Araviani Febriola. Senior dua tingkat di atasku yang terkenal berteman akrab dengan bangku taman sekolah. Maksudku dia yang terlalu sering terlihat duduk di taman sudut sekolah. Meskipun begitu dia tetap bersosialisasi dan malah terlihat sangat akrab bila berpapasan atau bahkan mengobrol dengan orang lain. Dari informasi yang kudapatkan, dia memiliki sahabat jauh bernama Grisela Oktavia yang sudah pindah delapan bulan yang lalu dari sekolah ini dan pindah ke Makassar. Dan sahabatnya yang lain Andika Restu juga Lutfi Julian yang merupakan seniorku juga. Informasi tentang perempuan ini aku dapatkan dari teman-temanku. Ya saking gugupnya sebelum dihadapkan dengan dirinya aku mencari tahu banyak tentangnya.

"Hahaha jail banget lo, lanjut dah" kata kak Ica. Aku masih dalam keadaan sikap push up. Mereka berbincang kecil dan tak lama kak Ica pun pergi. "Dasar nih cewek, untung lo senior kalo enggak udah.." gumamku dalam hati sambil menahan pegalnya tangan. "Apa lo bilang? Kalo enggak udah apa?" tanya kak Ara sambil menatapku tajam dan dia seperti dapat membaca pikiranku. Posisinya yang tadi berdiri sekarang sudah jongkok di hadapanku. Jarak antara wajahnya dan wajahku hanya beberapa centi. Deg.. Matanya ternyata indah sekali. Tak kusangka ternyata senior galak ini cantik, hey dia.. manis. Dia ini, Hantu Cantik buatku.

"Kletak" suara botol kopinya mendarat di kepalaku. "Aduh kepala gue" kataku kesakitan. Perempuan ini memukul kepalaku. "Haha kenapa lo? Kesakitan? Hahahaha" tanyanya dengan tawa kecil. "Siap tidak kak" jawabku. "Hahaha lucu juga lo, makanya lain kali kalau ada senior yang ngasih pengarahan lo dengerin dan perhatiin secara seksama. Kalau bisa sampai lo hafal gerakan mulutnya. Jangan asik clingak-clinguk sendiri. Belajar menghargai orang lain, bisakan? tanyanya. Kali ini dia bicara lebih halus. "Siap bisa kak" jawabku. "Hmm bagus, yauwis berdiri" perintahnya. Dengan sigap aku segera berdiri. Ah rasanya pegal sekali. "Terima kasih" ucapku. "Terima kasih? Wah saya udah lama gak denger kata-kata itu, kalau gitu sikap push up lagi deh" katanya. "Siap kak" kataku. "Ah senior jail, baru hilang sedikit pegalnya, eh udah mulai lagi." Aku menggerutu dalam hati. Aku dongkol. Dia tersenyum puas. Aku bergetar. Apa ini? Rasa lapar atau rasa suka? Mengapa tiba-tiba aku bergetar ketika dia tersenyum?











Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepikiran #3 Kepikiran

What Happened to My Twenty-Seventh

Human's Emotion Over a Novel: Laut Bercerita