Hantu Cantik #2

"Ka, Ka itu kak Ica ngeliatin lo aja tuh dari tadi" kata Angga sembari menyampiriku yang sedang asyik mencabuti rumput liar di halaman sekolah. Angga Prayoga, teman dari masa kecilku hingga saat ini. "Hah apaan?" jawabku yang kurang engeh tentang apa yang Angga sampaikan. "Itu kak Ica ngeliatin lo aja, kalo gue perhatiin dia sering banget deh kaya gitu" kata Angga lagi. "Hahaha becanda aja lo" jawabku singkat. "Yaelah Ka, dia demen tuh sama lo, kesempatan emas nih Bro buat dapetin cewek cakep seantero sekolah" kata Angga dengan semangat. Ya ku akui kak Ica memang senior yang cantik, dia tak pernah mengerjaiku seperti kak Ara yang hampir setiap bertemu denganku selalu memberikan 'permainan' yang membuatku dongkol. Kak Ica selalu tersenyum bila melihatku. Mungkin aku sedikit over-confidence tentang kak Ica namun begitulah. Dia juga sering menawarkan buku-buku terbaru punyanya tentang bidang studiku saat ini.

"Hahaha masa iya? Cakep sih, tapi buat lo aja sob" jawabku sambil tersenyum. "Pengen sih hahaha bantuin gue bisa kali" kata Angga. "Eh tapi aneh, cewek cakep gitu kok lo gak mau? Aneh lo hahahah" sambung Angga sambil mengejekku. Aku cuma tersenyum kecil ke arahnya. "Atau jangan-jangan lo gak doyan cewek lagi? Jangan-jangan lo sukanya sama gue? Wes jangan Ka jangan gue" kata Angga lagi. "Eh ya enggaklah! Gebetan gue ada bro" jawabku dengan tegas. "Siapa?" tanya Angga penasaran. Aku tersenyum dan batinku berbicara, Hantu Cantiklah orangnya.

---

Siang ini lagu Ready kepunyaan Chris Brown mendarat halus di telingaku. Dalam hati aku ikut melantunkan lagu ini. Aku tak sengaja terfikirkan pertanyaan Angga kemarin dan jawabanku dalam hati. Mengapa aku hanya tersenyum namun hati berkata kak Aralah orangnya? Mengapa aku tersenyum setiap mengingat kejadian dongkol yang dia perbuat kepadaku?

Suasana siang ini terasa panas. Sambil mengenakan headset di telingaku, aku berjalan ke arah taman sekolah. Disini cukup rimbun dan sejuk fikirku. Aku terduduk dan menatap sekeliling. Aku baru sadar, bangku taman ini biasanya ditemani seorang perempuan. "Dimana dia? Tumben gak ngisi nih bangku" gumamku dalam hati. "Woy ngapain lo disini? Nyariin gue?" kata kak Ara mengagetkanku. Baru saja aku memikirkannya dan tiba-tiba saja orangnya datang dan seperti biasa, dia seperti bisa membaca pikiranku. "Siap salah kak" jawabku. Dia duduk di sampingku. "Yaudah santai ajalah" katanya sambil menyeruput kopi dari botol kopinya. "Eh iya, tumben ada yang mau duduk disini" katanya lagi. "Siap makasih kak, emangnya kenapa kak?" tanyaku. "Disini itu pernah ada orang yang gantung diri! Dan posisinya tepat di atas lo!" jawabnya. "Hah?! Serius kak?" tanyaku lagi memastikan. Wajahku terlihat agak cemas kurasa. Wajahnya terlihat serius. Dan tiba-tiba dia tertawa. "Hahahaha lemah lo! Baru digertak gitu doang udah ketakutan. Sekolah senior-junior tapi mental kaya kerupuk" katanya lagi. Dia menertawaiku. Aku tersenyum malu. Kami berdua terdiam sejenak. "Ohiya nama lo siapa dah?" tanyanya kepadaku. "Buset dah, nih orang udah sering ngerjain gue tapi gak tau nama gue?" gumamku dalam hati. "Siap nama saya Raka Febriando Calder, kak" jawabku. "Febriando? It means you were born on February? tanggal berapa?" tanyanya lagi. "Siap 15 Februari kak" jawabku. "Wah serius? Kok sama sih? Wah lo ngikutin gue lagi hahaha" kata kak Ara. "Eh tapi sorry ya gue sering ngejailin lo tapi gue malah gue gak tau nama lo. Kalo di kelas gue sih nama lo gak asing, anak cewek pada ngomongin lo tapi gue malah gak engeh kalo yang diomongin itu elo" katanya. "Siap gapapa kak. Jadi kakak lahir 15 Februari juga?" tanyaku. "Iya sama kaya elo" jawabnya.

Hembusan angin menyentuh kami berdua. Rasa-rasanya bumi seperti berkonspirasi dengan alam hingga suasana siang ini terasa lebih indah dan sejuk. Berpayungkan daun yang rimbun dari pohon tua ini, kami duduk berdua. Hanya berdua. Entah bagaimana siang yang panas tasi berubah senyaman ini. Sesekali aku mencuri pandang melihatnya. Drrrttt... drrtttt... Handphonenya bergetar dan dengan cepat dia ambil dari sakunya. Kulihat ia serius melihat layar telfon genggamnya itu. Dia tersenyum kecil. Ada raut kebahagian dari wajahnya.

"Eh kok lo diem sih? Cerita dong biar gak sepi" katanya sambil memutar sebuah lagu dari handphonenya. Kurasa itu sebuah musik instrumental. Dan musik itu mengalun lembut membuatku makin nyaman merasa hadir di dekatnya. "Siap mau cerita apa ya kak?" tanyaku. "Terserah lo, mau cerita tentang asmara, sekolah, hobby lo terserah. Atau mau nanya pelajaran mungkin?" jawabnya. "Hmm izin kak, do you have a boyfriend?" tanyaku. "Hah apaan? Pacar? Belum.. " jawabnya. YES! Aku bersorak dalam hati. "Belum ada dua maksudnya hahahha" sambungnya. NOOOOOO! Sorakanku yang bergelora tadi seperti para PKL yang disuruh diam oleh bapak-bapak Satpol PP saat ada pengusiran di lapak masing-masing. "Gue bercanda, gue belum punya yang begituan" katanya lagi. "Oh.. " jawabku singkat walau dalam hati sorakanku kembali bergelora. "Gimana sama lo?" tanyanya. "Siap belum ada kak, tapi inceran ada sih" kataku. "Ciyeee siapa Ka? Ica? Hahahahaha" tanyanya lagi. "Bu.. kan kak bukaaannnnn" kataku meluruskan. "Jadi siapa?" tanyanya lagi. Belum sempat aku meneruskan perkataanku, handphonenya berdering lagi. "Eh bentar ya, gue angkat telfon dulu" katanya. Aku hanya tersenyum kecil. Tak lama bel masuk kelas berbunyi pertanda istirahat kedua sudah selesai. Ia terlihat segera menyudahi percakapannya ditelfon. "Eh masuk kelas yok? Udah bel nih" ajaknya. "Siap kak" jawabku. Kami sama-sama berjalan ke arah kelas. Namun berbeda jalur karena kelas kami berbeda jauh. Dia berlari kecil. Sepertinya dia lupa pembicaraan kami tadi, tapi yasudahlah mungkin belum saatnya fikirku.

---

"Woy bro!" kata Angga sambil menepuk punggungku dari belakang. "Eh lo Ga, tumben lo main ke kelas gue" kataku. "Hehehe gapapa, eh gue denger lo lagi PDKT sama cewek galak super jail itu ya?" tanya Angga. "Kagak, siapa yang bilang? Eh namanya Ara, Araviany" jawabku. "Lo mau bohong sama gue? Lagian kemaren gue liat langsung kalo lo berdua sama dia duduk di taman" kata Angga dengan semangat. "Hahaha iya gue duduk berdua sama dia di taman, tapi gak gitu juga" jawabku lagi. "Alah pake bohong lagi, atau jangan-jangan cewek yang lo suka dia ya?" tanya Angga lebih dalam. "Hmm iya" kataku singkat."Hahahaha lo demen sama cewek galak itu? Gak salah?" tanya Angga lagi. "Iya gue suka sama dia, tapi diem-diem aja dulu" kataku lagi. "Hahaha iyaiya, tapi kalo suka ya lo deketinlah" kata Angga menyemangati. "Iya tenang aja" jawabku. Aku tersenyum. Sloganku saat ini adalah Weting Trisno Jalaran Suko Kulino. Cinta itu datang bisa dari kebiasaan. Sesering aku mendekati dirinya, semakin dekat hatinya padaku. Kuharap.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepikiran #3 Kepikiran

What Happened to My Twenty-Seventh

Human's Emotion Over a Novel: Laut Bercerita