Kejutan!


Inara bingung setelah mengatakan ucapan ulang tahun pada pacarnya via telepon malam itu. Apa lagi yang harus dia katakan? Apa yang harus dia lakukan agar hari itu menjadi hari yang spesial untuk orang yang sedang bertukar kata lewat telepon dengannya itu. Ada ‘krik’ yang cukup panjang malam itu. Dan percakapan malam itu pun terputus setelah tanda-tanda pulsa habis mulai muncul.

“ Kamu langsung tidur, jangan main hape lagi, ya “ kata lelaki itu dari kota nun jauh di sana. “ Iya hehehe “ jawab Inara singkat dan seperti tidak akan mengindahkan. Singkat dan tidak akan mengindahkan? Tentu saja, karena bagi gadis muda ini tidur larut sudah seperti kebiasaan baginya. Kebiasaan buruk.

“ Oke, assalamualaikum “ katanya menutup percakapan.

“ Waalaikumsalam warrohmatullahi wabarokatuh. “

Benar-benar terjadi. Inara tidak benar-benar tidur setelah itu. Dia memutar otak, bagaimana dia bisa membuat hari ulang tahun lelaki itu menjadi hari yang istimewa meski jarak menjadi hadiah utama untuk mereka. Tentu saja, selain sebuah rencananya dari jauh-jauh hari.

Dia mencari gambar sosok lelaki itu di album foto di ponselnya. Disuntingnya sana-sini hingga kelihatan lucu lalu ia pamerkan di salah satu akun media sosialnya. Selesai satu misi.

Lalu ia terpikirkan celotehan lelaki itu saat Inara bertanya apakah dia senang dengan umurnya yang bertambah, “ seneng sih, tapi kurang. Gak ada kuenya. “ Inara kembali mengambil ponselnya dan mencari toko kue online yang sekiranya bisa dengan cepat mengantarkan sekotak kue ulang tahun untuk lelaki itu. Dan, ketemu! Tapi minimal pemesanan adalah empat hari sebelum hari H.. Ah, Inara menyesal baru kepikiran malam itu juga.

Tapi tidak! Ternyata ada toko roti yang bisa melayani pemesanan hanya dalam satu hari. Yes! Kata Inara dalam hati. Kalau dia ucapkan secara langsung, mungkin teman sekamarnya bisa terbangun dan menggetok kepalanya saat itu juga. Inara mulai mensortir gambar-gambar kue ulang tahun yang sesuai budget rekeningnya.  Dia sudah menemukan pilihannya. Sebuah kue ulang tahun perpaduan coklat dan pisang. Hmm sepertinya enak, dan sepertinya kue itu sebaiknya buat dia saja kalau bisa. Dia mengisi form untuk pengiriman kue itu.. bla bla bla.. dan sampailah ia di kotak alamat penerima. Deg. Dia bahkan belum tahu alamat lelaki itu. Lupa tanya sama teman. Dan jadilah dia menyesal untuk kedua kalinya.

Tapi dia tidak kehabisan akal. Dia ingat kalau salah satu temannya dulu tinggal di kota yang sama dengan lelaki itu tinggal saat ini. Bisa saja kan kalau temannya punya teman yang bisa diandalkan untuk urusan ini? Tentu saja! Pasti punya, yakin Inara dalam hati.

Sekitar pukul dua pagi, terkirimlah sebuah pesan untuk temannya itu. Sedikit berbasa-basi dan langsung saja ke misi. Dan keyakinan Inara benar. Temannya teman Inara bisa membantu. Okelah, tinggal cari alamat korban, pikir Inara di malam yang sunyi nan gelap itu. Maklum kamar Inara lampunya dimatikan, agar room-matenya bisa tidur nyenyak. Dan Inara pun bisa tenang untuk tidur malam itu. Sampai seseorang atau alarm bisa membangunkannya di pagi hari.

Keesokan paginya, langsung saja dia mengirim pesan pada temannya lelaki yang berulang tahun itu yang kebetulan rumah mereka berdekatan. Buat apalagi selain untuk berbasa-basi dan menanyakan alamat. Tapi kebahagiaan belum muncul saat itu. Ternyata beliau yang ditanyapun belum tahu alamat mereka dan berjanji akan segera memberitahu Inara saat sudah tahu. Maklum, mereka baru saja pindah.

 Okelah, pikir Inara.

Tak disangka dan tak diduga seseorang muncul dan menawarkan bantuan untuk menjadikan rencana kejutan kue ulang tahun bisa berhasil. Tentu saja meski pada awalnya bukan untuk membantu tapi meledek Inara karena baru kali ini Inara pamer sosok lelaki itu dengan sepenuh hati. Dan sangat disyukuri, beliau amat baik hingga mau berjalan ke toko kue terdekat. Tapi..

“ Ra, kue ulang tahunnya gak ada “

“ Yah? Serius bang? “

“ Iya, kalau mau harus mesen dulu dan jadinya besok “

“ Kalo besok bukan ulang tahunnya dia lagi dong, bang “

“ Hmm adanya kue tart polos nih, mau gak? “

“ Kue tart polos? Boleh liat gambarnya bang? “

Lalu masuklah sebuah gambar kue lapis legit ke dalam ruang percakapan dunia maya mereka. Astaga..

“ hehehe itu mah, lapis legit bang, bukan kue tart “

“ hehehe iya, atau mau bronis? “

“ Boleh liat gambarnya lagi bang? Hehehe “

Dan masuk lagi sebuah gambar brownies dalam kemasan. Terlihat seperti mau memberikan oleh-oleh kalau begini, bukan kejutan ulang tahun. Dan karena takut menyusahkan sang penolong, Inara langsung memutuskan untuk memilih lapis legit. Ya, lapis legit sajalah. Kan atasnya bisa dikasih chacha atau meses hihihi.

“ Oke bang, lapis legit aja. Tapi atasnya bisa ditulis-tulisin, kan, sama mbaknya? “

“ Nah, itu dia masalahnya. Si mbaknya gak bisa, katanya bahan buat bikin tulisan itu juga gak ada sekarang “

“ Oke bisa diakalin. Kalau lilinnya ada? “

“ Udah tak tanyain, gak ada juga “

Inara lemas. Lalu apa yang dapat dilakukan kue ulang tahun itu tanpa lilin yang menemaninya. Dia pasti akan rapuh dan kesepian.

“ Wah yaudah bang, lapis legit aja, tapi saya minta tolong nanti atasnya ditulisin sesuatu pakai choki-choki aja ya “

“ Sip, gampang “

“ Maaf ya bang ngerepotin. Mungkin kalau jarak tak sejauh ini, abang tidak akan serepot ini. Makasih banyak bang “

“ Woles.. “

Tak beberapa lama Inara teringat, bagaimana kalau diatasnya diberi sentuhan chacha, meses, remukan oreo atau susu kental manis selain choki-choki. Tapi kenyataannya, sang penolong sudah di kediamannya dan tidak mungkin bagi Inara untuk membuatnya repot lagi untuk sekadar ke warung. Inara sebenarnya benar-benar bingung dan takut mengecewakan lelaki yang berulang tahun itu dengan kue yang akan mendatanginya. Tapi kata sang penolong “ gapapa, yang penting udah ada effort-nya, pasti dia seneng dan terharu. “ Inara mengiyakan dari kejauhan dan berharap juga demikian.

Banyak rencana di kepala Inara tentang bagaimana dia dapat mendatangkan lapis legit eh maksudnya kue ulang tahun ke lelaki itu. Mungkin para pedagang bisa membantunya menyampaikan kue itu, tapi ternyata tak ada pedagang yang boleh masuk wilayah perumahan itu. Tukang galon air minum? Bagaimana? Bisakah? Sebenarnya bisa, tapi kebetulan sekali hari itu tukang galon air tidak kerja. Dan akhirnya, kue itu ditempatkan di pos satpam. Lalu, bagaimana kue itu bisa sampai ke tangan lelaki itu? Inara tidak punya ide untuk hal itu.

Tapi setelah mendapat pencerahan dari solat maghrib, Inara tahu harus berbuat apa.

Dia mengirim pesan ke lelaki itu,

“ udah pulang solat? “

“ udah kok, udah di rumah “

“ tadi pas selesai solat, liat ke barisan perempuan gak? “

“ enggak, kenapa? “

“ oh gapapa. Ayuk malem mingguan “

Inara menuliskan kalimat itu. Ya ampun berani sekali dia. Sok ngajak-ngajakin lelaki itu malem mingguan. Ckckckck

“ Ayuk “

“ jemput ya “

Ya tentu saja Inara berani. Karena saat itu jarak berarti. Mungkin kalau jarak tak ada, mengirim pesan terlebih dahulupun ia enggan. Gengsi, katanya.

“ iya, mau dijemput dimana? “

“ di pos satpam “

“ pos satpam mana nih? Kan pos satpam banyak “

Inara bingung. Dia lupa tanya ke sang penolong, pos satpam manakah yang menjadi tempat persembunyian kue itu.

“ Umm pos satpam depan. Cepetan yah, jangan lama-lama kesininya “

“ kamu serius? “

“ iya serius, cepetan kesini. Gak kasian liat aku sendirian? “

“ ah gak percaya “

Iya tentu saja. Inara juga tidak akan percaya kalau hal ini terjadi padanya. Seseorang dari kota yang jauhnya beratus kilometer dan dipisahkan laut juga, tak mungkin tiba-tiba ada di dekat kediamanmu. Membawa kue dan boneka beruang besar, sambil berkata selamat ulang tahun. Ah, sangat tidak mungkin.

“ iya, percaya deh. Kalau udah mau sampai, kabarin “

Tak lama lelaki itu menelfon Inara dan menanyakan posisinya saat itu. Inara malah menahan tawanya dan berkata,

“ oh udah mau nyampe? Udah dimananya? “

“ nah ini udah di pos satpam, kamu dimana? “

“ oh ada satpamnya? Mana sini, Inara mau ngomong sama satpamnya “

“ buat apa? Jangan ah, gak enak. Kamu dimana? “

“ udah kasihin aja telfonnya ke pak satpam “

Tak lama terdengar suara lelaki dan suaranya terdengar diberat-beratkan. Inara tertawa dan berkata,

“ udah ih jangan becanda, mana satpamnya cepetan “

“ maaf mbak, ini saya satpamnya “

“ ih yampun seriusan ih kamu “

“ iya mbak saya serius “

“ udah deh kasih telfonnya sama pak satpam “

Saat Inara mengatakan hal itu terdengar latar belakang suara adalah suara lelaki yang berulang tahun. Yampun, jangan-jangan bener nih dia lagi ngomong sama satpam beneran.

“ umm maaf pak, ini pak satpam atau.. kamu? “

“ ini satpam mbak, ada apa ya mbak? “

Tengsin. Satu kata yang mewakili perasaan Inara saat itu. Sudah bicaranya agak manja-manja menjengkelkan, salah orang pula.

“ Oh hehehe maaf pak.. jadi gini pak.. bla bla bla “

“ oh yang.. bla bla bla.. “ (bukan iklan shampo)

Dan setelah beberapa saat, suara lelaki itu muncul dan mengatakan kalau lapis legit (baca: kue ulang tahun) sudah di tangannya dan dia beranjak pulang. Nanti dikabarin lagi, katanya.

Inara deg-deg-an, was-was, cemas, khawatir dan sedikit takut. Bukan, bukan karena takut lelaki itu kenapa-kenapa di jalan. Tapi takut, kue ala kadarnya itu mengecewakan. Yah, kalau dilihat dari penampakan fisiknya, memang agak menakutkan untuk tahu respon lelaki yang berulang tahun itu.

“ kamu bikin seneng banget hari ini “

Dan kalimat itu hadir di ponsel Inara. Terlihat kalau pesan itu dikirim dari dia yang sedang berulang tahun. Inara senang juga. Bahkan senyum mengembang di wajahnya saat itu juga. Ucapan terima kasih pun diterima Inara dengan senang hati. Perasaan was-was-nya hilang.

“ hehehe masih ada satu kejutan lagi “

Dikirimnya sebuah video. Video seorang perempuan menyanyikan lagu Selamat Ulang Tahun karya Jamrud sambil memainkan gitar di tangannya dengan hati-hati. Terdengar sesekali suara cempreng dari senar yang dia petik. Dan sering kali suara gitar itu tak terdengar. Hanya suara pas-pasan wanita itu yang mengalun mengisi ruang udara disekelilingnya.

“ Aku gak tahu kalau kamu bisa main gitar. Bagus, aku suka “

“ Memang gak bisa, tapi belajar beberapa hari ini buat lagu itu “

“ Jadi khusus untuk.. aku? “

“ Iyap hehehe “

Dan beberapa baris kalimat terima kasih dan kalimat cinta berkelebatan di ruang obrolan maya itu. Beberapa emot sok manis, imut, dan menggemaskan pun turut ambil bagian dalam merayakan kebahagian mereka. Mereka yang ada di beda kota tapi tetap saling menjaga, mencoba saling membahagiakan, dan saling mendoakan, semoga.

Mereka larut dalam percakapan dunia maya mereka. Dan ternyata wanita di video itu adalah Inara yang baru sekitar dua minggu ini belajar main gitar hanya untuk sebuah lagu ulang tahun, sebagai permulaan tentu saja. Kalau dia sudah punya gitar sendiri, dia bakal belajar lagu lain, katanya.

Yup, rencananya dari jauh-jauh hari.

Inara yang belum membelikan apa-apa sebagai hadiah untuk lelaki itu percaya, hadiah terindah itu adalah hadiah dari sebuah perjuangan. Perjuangan belajar sesuatu, perjuangan kerja keras untuk beli sesuatu atau perjuangan untuk nabung biar bisa ketemu di lain waktu. Iya, karena yang gratisan itu perjuangan untuk belajar sesuatu, maka itulah yang dipilih Inara sebagai hadiah darinya. Tentu saja dengan kekuatan C#@&$ agar lelaki itu bahagia dan merasa istimewa.

Kalau kata Inara, “ I show you how love works. “



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepikiran #3 Kepikiran

What Happened to My Twenty-Seventh

Human's Emotion Over a Novel: Laut Bercerita