Pertanyaan Retorismu


“ Hai, aku lulus masuk perguruan tinggi di Aussie “ kata Bayu di media sosialku tiba-tiba. “ Oh ya? Wah selamat ya! “ jawabku dengan semangat. Padahal sebelum dia memberitahuku, aku sudah tahu duluan. Bukan, bukan karena aku dukun yang bisa mengetahui hal itu sebelum diberitahu. Tapi, menge-stalk akun twitternya adalah cara terbaik untuk mengetahui hal ter-update dari dirinya.
“ Hehe, boleh aku kesana? “ tanyanya padaku. Ah dia menanyakan hal itu? Sesuatu yang berkaitan dengan masa depannya. “ Kau sungguh-sungguh? “ tanyaku balik pada Bayu. Dari sebuah novel yang pernah kubaca, jika seorang lelaki meminta saran tentang masa depannya dari seorang wanita, itu berarti lelaki itu ingin sang wanita yang ia tanya ada juga di dalam rencana masa depannya. Tapi, apa ini namanya meminta pendapat?. Atau sekadar meminta izin dan basa-basi pada teman lama?.
“ Apa kalau aku serius atau bercanda, wajahku bisa terlihat dari sana? “ dia kembali bertanya. “ Tidak hehehe” jawabku singkat. “ Kejarlah cita-citamu di negri yang jauh itu, nak “ timpalku lagi dengan niat becanda. “ Memang nanti gak kangen? “ tanya Bayu padaku. Skak! Apa yang harus kujawab?. Tentu saja, dan harusnya aku yang bertanya hal itu padanya. “ Kangen pasti! Sering-seringlah menelfonku jika sudah di sana “ jawabku dengan sedikit meminta. “ Memang mau ditelfon? “ tanyanya lagi. Aku seperti dihujani dengan pertanyaan retoris olehnya. “ If you have time “ jawabku seadanya.
“ Maaf belakangan aku jarang mengabarimu. Bukan berniat sombong selama ini. Aku Cuma takut karena masa depanku yang belum jelas, dan akan terancam jarak pula. Gimana kalau aku makin sayang samamu? “ katanya menjelaskan. Melihat balasan chatnya yang demikian, rasanya agak aneh sekaligus menyenangkan. Ada sensasi menggelitik yang membuat aku rasanya ingin tersenyum lebih dari sedetik.
Apa yang harus ku jawab?. Aku mencari-cari jawaban yang sekiranya bisa membuat keadaan ini seolah-olah hanya candaan walaupun aku berharap kalimat-kalimatnya tadi benar-benar serius terucapkan.
“ Jadi, kamu sayang samaku? HAHAHAHAHA “ tanyaku yang sedikit penasaran. “ Oh jadi gak mau disayang? “ tanyanya balik padaku tanpa menjawab pertanyaanku yang penasaran. Atau itu sebuah jawaban?.
“ Oh jadi gak mau jawab pertanyaanku? “ tanyaku lagi pada Bayu. Astaga apa rasa penasaranku keterlaluan?. Aku mulai bertanya-tanya dan merasa aneh. “ Nanti aku jawab “ jawabnya yang malah membuatku semakin penasaran. Ya, apakah itu sebuah perasaan tersembunyi atau hanya sebuah lelucon yang terlalu kuanggap serius.
“ Baiklah… “ kataku menutup percakapan dunia maya kami.

Jadi, apa aku harus menunggumu mengungkapkan atau kubiarkan kamu terbang dan menutup semua harapan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepikiran #3 Kepikiran

What Happened to My Twenty-Seventh

Human's Emotion Over a Novel: Laut Bercerita