Menjadi ( bukan ) Urusanmu


Menjadi urusanmu? Bukan. Menjadi pelipur laramu? Bukan. Menjadi bahu tempatmu menghapus airmata? Bukan. Bukan Aku.

Bahkan untuk menjadi alasanmu tersenyumpun ku takut. Ku takut menjadi alasanmu tersenyum akan merubah ku menjadi yang lain, bukan menjadi adik kecilmu lagi.

Senyummu, candamu yang melekat, sentuhan lembutmu yang berangsur hilang menyakitiku perlahan. Selalu begini, tahukah kamu aku mulai takut kehilangan?

Apa yang kutakuti datang, dan itu karena kesalahanku sendiri. Aku sadar, mengabaikanmu salah, namun mencintaimu pun aku tak bisa.

Sudah dari awal kukatakan, peringatkan, namun kau tak menyerah dan terus berjuang. Berjuang untukku yang sama sekali tak ikut berjuang bersamamu. Aku salah, namun apa guna kupaksakan perasaan yang kau ingin? Kau hanya kan dapatkan sesuatu yang palsu. Bukan yang tulus seperti ketika kau bawa namaku dalam setiap rapalan doamu. 

Kau baik, tak seperti aku yang hanya pandai beralasan ketika ingin menjauhimu. Kau peduli, tak seperti aku yang selalu tunjukkan kecuekanku yang tak menghilang walau dilahap waktu. Kau manis, tak seperti aku yang selalu membuatmu merasakan pahitnya terabaikan.

Aku salah, jelas. Aku takut kehilanganmu, benar. Namun apa yang dapat kulakukan kini ketika senyummu padaku pun palsu. Aku menyesali namun berguna kah? Aku berlari mengejar bayangmu namun sudikah kau menghentikan langkahmu agar aku dapat mencapai kau kembali? Haha aku bodoh, jelas sudah kau katakan ku bukan urusanmu. Aku ini apa? Peghancur hatimu kan? Pencipta raut kekesalan diwajahmu kan?

Abang, andaikan kau mengerti. Sungguh ku menyayangi, dirimu yang dulu. Yang tak pernah berbicara tentang cinta antara kita. Ku rindukan waktu – waktu kita bersama, bicarakan kebodohanku, kebodohanmu, dia, mereka, kita. Bermanja-manja denganmu, tertawa bersama, menceritakan tentang kedekatanku dengan pria diujung dunia sana, bicarakan wanitamu yang selalu cemburu bila kau bersamaku. Ah abang, kau dimana? Sungguh hanya kau yang pandai menebak perasaanku, mengerti kegelisahanku, meracuni pikiranku dengan ribuan hal-hal yang tabu dan aneh bagi mereka diluar sana, mungkin.

Abang, kau yang kuanggap abang. Yang selalu kusayang sebagai abang. Yang selalu kuinginkan menjadi abang. Mengertilah, aku ini inginkan kau pulang kembali, kembali bersamaku.

Komentar

  1. keren:) dari judul udah buat tertarik hehe

    BalasHapus
  2. samasamaa:) kamu lebihmuda dari aku kah? atau aku sebegitu tua nya smpe kamu manggil 'kak'? hahaha:D

    BalasHapus
    Balasan
    1. i'm younger than you hehehe kakak temennya bang ray bukan? kalo iya berarti saya lbh muda dari kakak krn saya juniornya bang ray :D

      Hapus
  3. ray alamsyah ya?oh kamu ank penerbangan jugaa?pantes perasaan aku pernah liat kamu.. dipendopo usu klo gasalah, iyakah?

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kepikiran #3 Kepikiran

What Happened to My Twenty-Seventh

Human's Emotion Over a Novel: Laut Bercerita