Bukan Awan #2
“ Selamat pagi, Gilang "
“
Hmm pagi juga “
Dia
berdiri di depan pintu kelas. Menyapaku dengan semangat dan senyum yang semakin
manis setiap harinya. Just like dopping, her smile could make my spirit increasing.
“
Mau denger sesuatu, gak? “
“
Hmm? “
Aku
menjawab pertanyaannya dengan jawaban seadanya. Bahkan terdengar hanya seperti
sebuah gumaman. Seperti biasa, aku pasti terlihat dingin di matanya.
Perempuan yang selalu aku perhatikan dari
atas sini, bisakah kamu mengurangi kadar manis senyummu? Bagaikan panas yang
melelehkan mentega di atas wajan, kau berhasil membuatku mencair perlahan.
Untungnya aku awan, aku tak akan meleleh, tapi aku akan membasahimu sebagai
hujan. :p
“ Kamu denger, kan, Lang? Semakin
hari kalimatnya semakin membuat aku gila! Hahaha “
Oh,
ternyata dia membacakan postingan baru yang muncul di beranda akun
instagramnya. Hmm.. Sudah kuduga.
“
Iya aku denger “
“
Bagus, kan? “
“
Iya, bagus “
Aku
menjawab pertanyaan dengan seadanya. Lalu beranjak pergi meninggalkan dia yang
masih dengan wajah sumringah. Malah dihiasi tawa kecil yang keluar dari
mulutnya. Tak ada raut kesal akan responku yang apa-adanya. Apa dia sedang
jatuh cinta pada seseorang yang memposting kalimat-kalimat itu? Tapi, apa ada
cinta tanpa beradu mata?
Komentar
Posting Komentar