Gomawo, Angkatan Sebelas
Sooooo, hari ini
adalah hari terakhir anak-anak span angkatan 11 ada di hanggar, tempat aku
kerja. Ini rada bingung ya, mau nyebut diri sendiri ‘saya’, ‘aku’, ‘gua’ atau
‘eike’ saking lamanya gak nulis buat blog. Atau ‘adinda’ aja gitu? Hehehe
Sebenarnya,
tujuan nulis kali ini semacam ada perasaan senang lihat adik-adik dari sekolah
tempat aku dulu belajar. Almamater yang sama, derita yang mungkin hampir mirip,
umur yang gak jauh beda, cuma beda warna seragam aja nih sama jamanku dulu. Eh
tapi, cuma selisih empat tahun sih.
Dua malam
sebelumnya, alumni dan anak-anak angkatan 11 ngumpul buat makan-makan. Kita
bakar-bakar ayam, masak nasi banyak, bikin es sirup dan lainnya. Ini gak
penting banget ya diceritain? Biasanya makan-makan kan emang gitu, Der. Uwak-uwak
jual pulsa juga tau kali beginian. Terus, sampai waktunya makan, mereka makan
duluan karena ruangan terbatas. Melihat mereka makan bareng, yang dimulai pakai
kata “duduk siap” sampai ada ucapan “selamat makan” yang bersamaan dengan
lantang, menarik pikiranku ke ruang nostalgia.
Jadi ingat waktu
kelas 1, angkatan enam yang kepalanya masih botak-botak, badan masih
kurus-kurus, ada juga yang sedikit ‘endut’, sekitar jam 6.30 sudah ada di ruang
kelas dengan posisi badan tegap dengan nasi bungkus di hadapan. “Hitungan ke 5
nasi sudah habis” kata senior yang mengawasi makan. Senior menghitung perlahan
tapi cepat (?). Kami pun tak mau kalah cepat dari hitungan senior. Walaupun
pada akhirnya 5 hitungan tadi selesai lebih cepat daripada waktu kami
mengunyah. Hah apalagi aku yang kebiasaan makan hampir setengah jam kalau di
rumah. Tapi kami tak punya pilihan lain, kecuali saling menolong menghabiskan
makanan. Oh, betapa aku berterima kasih pada teman-teman yang punya lambung
besar dan kecepatan yang luarbiasa dalam mencerna makanan.
Banyak sekali
pengalaman makan bersama dengan waktu yang super cepat. Sampai-sampai kalau
dijabarin satu-satu tiap pengalaman makan yang modelnya macam gini, bakal bikin
karya tulis sendiri mungkin. Dan kayanya ini sih, bukan hal yang aneh kalau
sekolah di sekolah yang semi-militer.
Terus malam itu,
dua adik kelas yang perempuan, pakai baju yang sama. “Eh ini kalian belinya
barengan?” tanyaku heran. “Iya, kak, orang itu beli dua gratis satu” jawab anak
perempuan lain, teman mereka. Aku cuma senyum, aku kira yang beginian udah gak
jaman lagi. Beli baju samaan terus dipake barengan. Kaya aku, Nyak sama Rina
dulu, masih kelas 1. Baju gambar vespa, warna abu-abu. Nyak gambar vespanya cuma satu tapi gede. Rina vespanya dua, ukuran grande eh sedang. Aku punya
banyak vespa kecil-kecil nempel di baju. Dan jadilah disebut trio vespa sama
anak-anak lain. Ehehehe
Cuma jadi
penasaran, mereka berenam pernah gak ya ngerasain suka sama senior kaya aku
dulu? Hehehe.
Skip.
Hadeh.
Terdengar lantunan lagu Anak Sekolah-Chrisye.
Wah, aku tuh harus berterima kasih sama anak-anak angkatan sebelas. Karena mereka aku jadi senang, jadi ingat masa-masa lucu jaman sekolah, masa-masa capek jalan jongkok, tumbling, push-up tiap hari, dimarahin senior, apel pagi, apel malam, jam enam pagi naikin bendera, jam enam sore turunin bendera, lihat senior kesukaan yang jahil, atau senior lain yang gemesin. Loh loh loh gak gini maksudnya.
Memori masa muda yang menggembirakan, mari kita tutup dengan lagu Selepas Kau Pergi – Laluna.
Bareng beberapa anak angkatan 11 |
Pose abis kaget dipeluk tiba-tiba |
Komentar
Posting Komentar