Vano
" Kamu jaga diri baik-baik, ya. Jaga hati, dan jangan lupa kasih kabar. Kita cuma beda kota aja kok " kata Vano sambil menatap lurus ke arah mataku. Tangannya yang menggenggam kedua tanganku kini mulai melemah. Dan akhirnya dia melepaskan genggamannya. Mataku kurasa mulai berkaca-kaca menahan genangan air yang rasanya ingin tumpah di sudut indra penglihatanku ini. " Hey, jangan sedih. Nanti kalau aku udah jadi penerbang, aku bakal sering ngunjungin kamu di kota yang katanya panas itu. " Vano mencoba menghiburku. Dia tersenyum sedamai mungkin agar resahku segera pergi. " Berjanjilah, segera jadi yang kamu impikan dan kunjungi aku! " kataku manja. Entahlah, aku yang selama ini terkesan kuat malah jadi semanja ini pada sosok lelaki yang baru empat bulan ku kenal. Aneh. Dia mengangguk. Senyumnya masih hadir di wajah sendu nan teduh itu. Dia meng...